Pages

Saturday, 16 February 2019

balai desa merah (Part 1)

Source : Kaskus
Part I

Wanita penjaga pintu masuk


Waktu itu, gerimis menyambut kedatanganku. Suasana gelap ditambah sepinya jalan yang kulalui membuat suasana malam itu jadi sedikit menakutkan. Supir becak yang umurnya sudah lumayan tua, mengayuh becak dengan tenaga ala kadarnya. Jadilah perjalananku menuju kampugku terasa begitu lama. Waktu itu pukul 9 malam, namun tidak ada satupun warga yang kelihatan. Mungkin faktor gerimis membuat orang orang malas keluar rumah. Jalanan yang kulalui banyak lubang sana sini. Menambah ketidaknyamanan perjalanan ku. Aku heran kenapa jalanan yang sudah hancur lebur seperti ini masih dipiara saja. Apa yang dilakukan pak lurah selama menjabat. Untuk memecah keheningan aku coba mengajak supir becak yang dari tadi susah payah mengayuh becaknya bicara.



Aku : “Pak ini ko jalan gak dibenerin sih pak, udah ancur gini padahal?”
Pak Becak :“Oh nganu mas, ga tau juga saya udah lama gak dibenerin udah 6 tahun dibiarin gini aja mas”
Aku : “ Udah lama juga yah pak, terakhir saya kesini 6 tahun lalu pak, makannya saya bingung ko jalannya bukan nambah bagus malah nambah parah. Apa ngga ditanyain sama lurahnya Pak”
Pak becak : “ Sudah mas, tapi jawabnya ya gitu mas. Dananya belum ada katanya”

Saat asik berbicara tiba tiba ada sekelebat bayangan lewat tepat didepan becak. Tiba tiba saja aku merinding.

Aku : “ Pak tadi liat ada bayangan lewat ga pak?”

Pak becak tidak menjawab pertanyaanku. Aku coba bertanya lagi namun pak becak masih diam seribu bahasa. Tapi entah kenapa aku merasa becaknya melaju lebih cepat dari sebelumnya. Aku lihat kebelakang pak becak nampak berkeringat disekujur tubuhnya.
Lantas ia memberi isyarat kepadaku untuk jangan berbicara. Aku tidak mengerti maksud pak becak. Namun aku yakin isyarat itu ada hubungannya dengan bayangan yang lewat tadi. Aku menurut saja dengan pak becak. Sepanjang jalan kami hanya diam. Dan sepanjang jalan itu juga bulu kudukku merinding bukan main.
Sampai akhirnya kami melewati sebuah balai desa. Balai desa itu adalah balai desa kampungku. Balai desa yang tidak terlalu besar namun memiliki lapangan yang luas. Di sisi kanannya ada pohon beringin besar. Didepan balai desa ada 4 pohon cemara yang sudah sangat tinggi.
Entah kenapa tepat sampai disini aku merasa pak becak semakin cepat mengayuh becaknya. Firasatku makin tak enak, sepertinya pak becak tau sesuatu tentang tempat ini. Becak melaju dengan cepat gerimis masih menemani perjalanan kami sepi lengang ditambah dengan suasana ganjil ini. Sampai akhirnya kita akan melewati sebuah jembatan. Aku melihat ada wanita yang sedang duduk dijembatan itu. Mengadap kebelakang sambil mengayun ayunkan kakinya. Aku tau kalau itu bukan manusia. Malam malam begini ditambah suasana ganjil ini mana mungkin wanita itu manusia.
Aku merinding bukan main. Aku menengok ke pak becak. Terlihat kringat pak becak makin membanjir Dia menggeleng gelengkan kepala dan memberi isyarat kepadaku untuk tetap diam. Aku tak tau harus bagaimana jadi aku menurut saja dengan yang dikatakan oleh pak becak.
Wanita itu masih ada di jembatan itu masih mengayun ayukan kakinya. Rambutnya panjang sepinggang. Baju putih yang sudah tercampur dengan tanah menjadi lusuh dan berwarna kecoklat coklatan. Hingga akhirnya kami lewat tepat dibelakangnya aku tak berani menoleh. Bau busuk menusuk hidung. Benar benar busuk baunya sampai sampai aku mau muntah. Kami makin jauh melewati wanita tadi sekarang baunya sudah tidak begitu terasa. Pak becak mulai menghela nafas, becak kembali berjalan lambat. Aku pun sudah tidak mencium bau busuk lagi. Aku mulai memberanikan diri bertanya kembali dengan pak becak.

Aku : “ Pak yang tadi itu bukan manusia kan ?”
Pak becak : “ Demit itu mas, mana mungkin manusia malem malem duduk dijembatan sendirian. Mana perempuan lagi, sebenernya bayangan yang mas liat itu perempuan yang tadi dijembatan mas’
Aku : “ Owh, saya bener bener takut pak. Hampir kencing dicelana saya. Terus tadi kenapa bapak suruh saya diem aja?
Pak Becak : “ Mas emang pas 6 tahun lalu kesini ga tau apa apa mas tentang cerita kampung mas?”
Aku : “ Gak pak, Saya kesini 6 tahun lalu kesini Cuma main beberapa hari aja. Itupun saya naik mobil tau tau udah sampai rumah nenek.”
Pak becak : “ Jalan yang pas mas liat bayangan itu pintu masuk kampung demit mas, didesa mas ini ada kampung demit mas. Nah balai desa sampai ngelewatin jembatan itu pasarnya mas. Kenapa saya suruh mas diem aja. Soalnya konon kalau kita liat penampakan perempuan tadi terus dia noleh kekita terus senyum sambil nunjukin wajah ancurnya dia bakalan buka pintu pasar demitnya mas. Dan kita bisa kesasar disana mas. Kalau kita diem dia kira kita sopan mas.
Aku : Waduh serem amat pak, terus kalau sampai masuk pasar itu gimana pak?
Pak becak : Ya kalau kita ga kuat bisa pingsan dijalan pak. Disana bakalan ditampakin penduduk desa demitnya mas,

Dalam hati aku bersyukur untung ga sampai mampir kepasar demit. Hufft,ibu ku kenapa ga cerita masalah ini yah. Kalau saja sudah diceritakan kan jadi ada persiapan, Mau kirim anaknya buat sekolah dikampung tapi ga bilang apa apa. Untung aja anakmu ga pingsan dijalan.

Pak becak : Mas kan rumahnya deket balai desa jangan aja main kesitu lebih dari jam 9 malem yah mas..
Aku : Emangnya kenapa pak ? Angker yah..
Pak becak : Entar mas juga tau dari orang sini ,, saya ga berani cerita ini masih wilayahnya soalnya mas...



Part II

Penampakan 4 Pocong


Setelah melalui perjalanan menyeramkan akhirnya sampai juga dirumah nenek. Setelah membayar ongkos becak, aku mengetuk pintu rumah nenek yang sudah gelap. Mungkin semuanya sudah tidur.. Sekarang sudah jam 10. Dari dulu keluarga nenek memang tidak ada yang suka begadang. Disaat aku mengetuk pintu bulu kuduku merinding lagi. Aku merasa seperti ada seseorang dibelakangku. Aku tengok ke belakang tapi tidak ada seorangpun. Aku mengetuk pintu nenek lebih keras. Akhirnya ada suara nenek yang menyaut. Waktu itu belum banyak yang memiliki HP. Termasuk nenek,jadi nenek tidak tau kalau aku mau datang.

Nenek : Iya siapa itu?
Aku : Adi nek, cucu nenek.
Nenek : Owh adi, sebentar ya di..

Aku menunggu nenek membukakan pintu. Aku masih merasa ada sesuatu yang mengawasiku. Nenek mungkin sedang mencari kacamatanya. Kalau tidak ada kacamata nenek tidak bisa menyalakan saklar lampu. Aku menoleh kebelakang berkali kali memastikan tidak ada penampakan menyeramkan lagi. Setelah menunggu kira kira 5 menit akhirnya nenek membukakan pintu. Aku memeluk nenek, mencium tangannya. Paman pamanku juga bangun dari tidurnya. Masih ada 2 paman yang masih ikut nenek. Anak nenek lain sudah merantau semua ke kota. termasuk ibuku.

Setelah merapihkan kamar, nenek menyuruhku tidur. Katanya pasti kau lelah setelah melalui perjalanan jauh. Aku sebenarnya belum ingin tidur. ingin menanyakan perihal yang dikatakan oleh pak becak tadi. Tapi melihat nenek sepertinya sudah sangat mengantuk. Ku urungkan saja niat bertanyaku. Besok sepulang nenek berjualan jamu. Aku akan tanya langsung ke nenek atau ke paman selepas mereka pulang dari sawah.

Sebelum tidur aku kekamar mandi. Rumah nenekku adalah bangunan tua. Sudah lama belum di renov. Anak anaknya masih berusaha. Mengumpulkan uang. Kamar mandi nenek masih menggunakan sumur. Jadi bagian kamar mandi tepat diatas sumur tidak ada atapnya. Agar jika hujan turun air tertampung disumur. Aku sebenarnya takut ke sumur saat itu. Tapi malu juga kalau minta temani nenek atau paman. Aku kan bukan anak penakut dalam hati aku berkata meyakinkan diri. Saat itu jam 11 malam. Aku ke sumur sendirian. Sebelum kesumur aku membaca doa sebisaku. Sampai disumur aku kembali merinding aku lihat keatas Untungnya tidak ada apa apa. Aku mulai menimba air. Bunyi ketukan timba membuat suasana semakin menyeramkan. Saat aku sedang mencuci muka. Aku merasakan ada orang yang lewat dibelakangku. Nenek dan paman aku pastikan sudah tidur. Aku mulai takut kalau kalau wanita yang ada di jembatan itu mengikuti sampai kesini. Aku mensegerakan ritual bersih bersihnya langsung lari kekamar. Dikamar aku masih merasa seperti ada yang mengawasi ku. Aku berusaha tetap tenang.

Aku bersiap tidur. Karena kelelahan aku langsung terlelap. Namun ditengah malam kira kira jam 3 aku merasa ada yang memegang tangan dan kakiku. Aku bangun dari tidur dan ternyata hal yang benar benar mengerikan terjadi. Penampakan 4 pocong sekaligus didepanku. Masing masing pocong memegang tangan dan kakiku. Aku masih ingat betul kejadian itu. Pocong dengan kain kafan kotor. Muka hancur dan penuh belatung. Bau busuk yang menyengat Menusuk menusuk hidung. Aku ingin bangun dan berteriak. Tapi tidak bisa. Bisa dibayangkan mata yang tidak bisa mengedip badan yang tidak bisa bergerak harus melihat pemandangan 4 pocong sekaligus. Aku masih berusaha untuk bergerak dan berteriak. Tapi lagi lagi sia sia. Dulu aku belum tau fenomena apa itu tapi sekarang aku tau kalau saat itu aku sedang mengalami tindihan. Aku masih bingung harus berbuat apa.. keringat membanjiri tubuhku. Bau busuk membuat perutku mual. Pocong pocong itu melotot. Pocong yang memegang tangan kiriku mendadak bangun dan ingin mencekik leherku. Aku masih berusaha bergerak meski masih belum bisa. Saat itu tiba tiba terbersit untuk membaca doa apa saja yang aku bisa.. Aku mencoba mengucapkan Allahu akbar dengan lidahku yang kaku. Saat Pocong hendak mencekik ku tiba tiba mulutku bisa mengucap Allahu Akbar. Tiba tiba saja semua Pocong di hadapanku menghilang semua. Tubuhku bisa bergerak, aku langsung lari kekamar paman. Sambil berteriak ada pocong lik ada pocong Paman ada pocong.
Paman: ada apa toh di?

Aku : Tadi ada pocong Dikamar lik, 4 pocong dikamar.
Paman kaget dia langsung mengajakku kekamar. Untuk memastikan keadaan kamar. Aku ikut, kekamar. Sampai dikamar, sudah tidak ada apapun disana.
Paman : Mana di katanya ada pocong.
Aku : Tadi ada 4 lik, Serem serem.
Paman : Tadi tidur baca doa dulu ngga?
Aku : Ngga lik, tapi tadi pas dijalan aku liat wanita duduk di jembatan lik, jembatan deket balai desa.

Saat aku katakan melihat wanita di jembatan dekat balai desa. Suasana seketika hening. Paman tiba tiba membangunkan nenek dan menceritakan kejadian yang aku alami. Malam itu nenek, menyuruhku tidur dengan Paman. Aku menurut saja, kata nenek besok akan ditanyakan dengan orang pintar didesa perihal kejadianku malam ini.




Part III

Indra


Setelah kejadian semalam nenek membawaku ke salah satu ustadz didesaku. Dalam hati perasaan sial sekali, belum genap sehari tinggal dikampung tetapi sudah mengalami kejadian serem seperti ini. Belum apa apa saja sudah diantar ke ustadz. Kalau aja tidak ada konflik dengan ayah tiriku. Lebih baik aku pulang kembali ke Jakarta. Owh ia gan ane punya bapak tiri gan. Sering mukul. Itu yang bikin ane disuruh sekolah dikampung ikut nenek. Ga lama setelah ane pulang kampung ibu dan ayah tiri ane cerai gan. Ibu jadi TKW ke Malaysia ane sama Ade ane tinggal sama nenek dikampung. Eh malah jadi curcol. Lanjut gan, pas sampai di ustadz nenek ane cerita kejadian yang ane alamin. Ustadz itu cuman ngangguk ngangguk aja. Terus dia ngasih tau ke nenek ane apa ga tau. Soalnya pake bahasa Jawa waktu itu ane belum lancar bahasa jawanya. Terus ustadz baca baca ayat gitu trus nulis ayat dikertas. Dimasukin ke dalam air. ane suruh minum. Ane minum aja gan airnya. Kata ustadznya bilang gini.

Ustadz : Udah tenang aja, sekarang setan yang ngikutin kamu udah pergi.. Dikampung ini emang orang yang baru masuk suka dikerjain sama makhluk halus penghuni kampung ini. Ga papa dikampung ini kita tetanggaan sama mereka. Jadi emang banyak yang sering diliatin. Asal kita sopan Ga bakalan di ganggu Yang macem macem..

Ane diem aja dengerin ustadznya ngomong.. ane liat nenek ane kayaknya dia sedih ngeliat ane ngalamin kejadian serem itu gan. Mukanya kaya sedih gitu. Terus ustadz bilang ke nenek.. Apa gitu ane ga paham. Tapi pas pulang nenek jelasin ke ane pas pulang apa yang ustadz bilang.

Nenek : Kata ustadz Untung nenek cepet cepet bawa kamu ke ustadz, kalau ga bisa kejadian kaya anak RT sebelah yang jadi sering kesurupan. Nenek juga bilang orang baru masuk dari luar daerah emang paling sering dikerjain gan. Warga sini aja sering apalagi orang baru. Alasannya kamu udah dengarkan dari ustadz karena kita tetanggaan sama mereka
.
Setelah kejadian dirumah Ustadz,kk ane beberapa hari tidur bareng Paman terus . Ane ngeri kalau ada penampakan lagi. Seminggu ane ga ngalamin kejadian apa apa. Besoknya pas hari Senin ane daftar SMP didesa sebelah gan. Ane berangkat sendiri gan. Ga ditemenin ane udah biasa mandiri. Mungkin efek ikut bapak tiri gan. Selesai daftar ane pulang gan. Tapi ane iseng pulangnya lewat sawah. Musim nanem padi sawah anginnya Sepoi Sepoi banget gan. Ane jalan berasa kaya di film India kaya dikipas kipasin gitu Gan. emoticon-Ngakak (S) Ane berhenti digubug gan. Ngaso sambil liat pemandangan sawah. Adem banget rasanya. Pas ane lagi ngadem sendirian ane baru sadar nih sawah sepi amat ya ngga ada orang lewat. Ane jadi inget kejadian pas pertama ane dateng kesini. Tiba tiba aja bulu kuduk ane merinding. Pas ane mau niatan balik tiba tiba ada anak seumuran ane pake baju sd duduk digubug gan. Ane ga curiga apa apa waktu itu. Orang ane mau balik juga gan. Tapi pas ane mau balik tiba tiba dia nanya ke ane. Gan..

“Abis daftar SMP ya kang”
*Iya kang di smp 4” ane jawab
“Owh saya juga baru daftar SMP disitu kang” kata anak seumuran ane itu

Pas dia bilang baru daftar ane jadi ada perasaan seneng gan. Dalam hati mungkin aja nanti sekelas sama ane. Akhirnya Ane ajak kenalan gan

“Ane Adi kang, ente siapa” Ane ngajk kenalan
“Ane indra kang”

Pas itu Ane salaman gan sama dia. Pas Ane salaman ada perasaan ganjil, tangan si Indra ko dingin ya. Padahal cuacanya panas. Waktu itu Ane masih berfikir positif gan. Mana mungkin demit nongol siang siang. Mungkin dia lagi sakit. Si Indra ini bocahnya putih gan kaya bukan anak kampung. Abis kenalan dia nanya Ane anak kota yah ane jawab ia. Terus ane nanya juga. Ente orang kota juga kan. Si Indra cuma ngangguk. Terus dia nanya lagi ke ane.

Indra : Mau pulang ya kang?
Ane : ia ndra, udah jam 3 bentar lagi sore, ntar dicariin.
Indra : Yaudah pulang bareng aja saya satu desa sama kamu
Ane : Yaudah ayuk pulang

Singkat cerita Ane jalan pulang bareng sama dia gan. Pas jalan si Indra diem aja gan. Ane juga bingung mau ngobrol apa. Namanya juga baru kenal. Pas lagi jalan tiba tiba si Indra ngajakin ane lewat jalan pintas lewat kebon kebon gitu gan. Waktu itu Ane manut aja ngga tau kenapa Ane ko manut aja. Ngga ada perasaan khawatir waktu itu. Ane jalan pas masuk kebon Ane mendadak merinding, padahal itu sore sore sekitar jam setengah 4 an. Tapi perasaan Ane ga enak si Indra masih jalan disebelah Ane. Pas lagi jalan tiba tiba ada bapak bapak gan. Dia kayaknya lagi nyari rumput di kebon. Bapak bapak itu ngeliatin ane aja. Ngeliatin nya beda gan. Ngeliatin terus nunduk gan. Kaya ketakutan gitu, Ane ga tau kenapa bapak bapak itu kaya ketakutan gitu. Pas udah ngelewatin bapak bapak itu agak jauh. Tiba tiba bapak itu manggil Ane.

Bapak bapak : De.. sini de.. sini..

Ane nyamperin bapak itu. Si Indra juga ikutan nyamperin bapak itu. Pas udah sampe Ane tanya ke bapaknya

Ane : ada apa pak?

Bapak itu bisikin ke Ane sesuatu yang bikin ane kaget gan. Bulu kuduk langsung merinding. Ane langsung keringet dingin waktu bapak itu ngasih tau ke Ane sesuatu.

Bapak bapak bisikin ke Ane : Nanti kalau orang disebelahmu lengah kamu lari balik lagi kejalan sawah tadi. Orang yang disebelah kamu itu DEMIT. Jalan yang kamu mau lewatin itu Arah sumur balai Desa.

Ane shock seketika saat itu. Abis dibisikin Ane liat si Indra Mukanya berubah pucet gan. Bapak bapak itu juga tiba tiba lari ninggalin ane sendirian. Pas Ane mau ikutan lari tiba tiba tangan Ane dipegang gan. Nyess dingin banget tangannya. Nafas Ane kaya ketahan gan. Si Indra tiba tiba ngomong

Indra ( Demit ) : Ayo di bentar lagi sampe di

Ane masih gemetaran gan bingung. Ane akhirnya inget kata kata si bapak tadi suruh lari kalau si Indra lengah. Akhirnya Ane ikut jalan bareng si Indra tangan Ane masih dipegangi gan. Rasanya mau nangis waktu itu gan. dibelakang balai desa ada jalan yang sempit gan. Jadi kaya lorong gitu. Jalannya agak gelapk gelap gitu. sore sore aja udah lumayan remang apalagi kalau Malem disini pasti gelap banget. Jalan itu emang ternyata jalan pintas kerumah Ane gan rumah Ane kan emang deket balai desa. Ane baru tau kalau itu jalan pintas ya karena kejadian itu. Cuma jarang yang berani lewat situ soalnya harus ngelewatin sumur dibelakang balai desa yang terkenal angker. Pas udah mau sampe lorong tiba tiba baunya ko busuk ya. Ane makin takut aja waktu itu. Pas Ane liat kebawah hal yang menyeramkan terjadi gan.

Ane liat kebawah gan. Pas Ane liat kakinya si Indra dagingnya tiba tiba pada meleleh gan sampe keliatan tulangnya. Ane liat mukanya pada berdarah darah gan. Matanya yang sebelah kanan kaya mau keluar. Bener bener nyeremin Mukanya. Ane mau lari banget rasanya. Cuma tangan Ane dipegang gan. mulut ane juga kaku. pas mau masuk lorong. karena cuma muat satu orang setannya ngelepasin tangan ane gan. Pas baru dilepas ane langsung lari gan balik lagi Kesawah tadi. Ane lari sekencang-kencangnya gan. Pas Ane lari Ane liat kebelakang si Indra Mukanya udah ancur dia ga ngejar Ane cuma senyum aja gan. Baju Sd yang dipake jadi kotor banyak darahnya gan. Ane inget banget senyumnya sampai sekarang gan. Pas Ane lari ane sebenernya takut banget dikejar gan. Untungnya ga dikejar . bapak bapak yang tadi lari ternyata nungguin ane diluar kebon. Ane disuruh naik sepedanya gan. Ane nurut aja, Ane ngos ngosan mau mati rasanya. Bapak itu bawa sepedanya juga ngebut. Pas udah ga jauh bapak bapak itu bilang Untung Ane ga kenapa kenapa.. Ane yang harusnya bilang begitu si sebenernya. Bapak itu nanya ke Ane.. Ane diapain sama dia.. Ane cuma diem aja gan ana masih shock . Tiba tiba aja kepala Ane pusing gan. Ane bilang kalau Ane ga kuat. Ane pun tiba tiba jatoh gan.. Ane ga inget apa apa lagi setelah itu..



Part IV

Si Mata Merah


Malam hari setelah kejadian sore itu. Aku tiba tiba terbangun dikamar. Saat itu badanku terasa lemas sekali. seperti habis dipakai bekerja seharian.
Aku duduk melihat sekeliling ada kembang kembang yang biasa dibawa orang untuk ziarah ke kuburan di sebuah mangkuk putih. Aku juga mendengar suara orang orang yang sedang berbincang bincang diluar.. Ingin rasanyaku berjalan menghampiri orang orang diluar tapi tubuh ini masih terasa lemas. Aku kembali rebahan di tempat tidur sambil mengingat ingat kejadian tadi sore. Aku masih bisa menggambarkan setan yang sempat memegangi tanganku.
Aku masih bisa merasakan dinginnya tangan Indra salah satu hantu penunggu balai desa. Aku masih bisa mengingat kaki yang dagingnya melepuh, terlihat jelas tulang kakinya. Wajah yang hancur dengan mata yang hampir keluar. Baju SD yang kotor dan penuh darah. Tiba tiba saja aku kembali merinding. Takut sendirian dikamar, aku mencoba memanggil Nenek. Tapi ada kejadian aneh saat aku mencoba memanggil nenek. Suaraku sudah cukup keras padahal tapi nenek Dan paman tidak kunjung datang. Aku mulai merasa ada yang tak beres.
Tiba tiba saja ada yang mengetuk ngetuk jendela kamar. Serasa mau copot jantungku saat itu. Suasana ganjil lagi, sendirian dikamar. memanggil orang orang tapi tidak ada yang mendengar. Dan tiba tiba jendela ada yang mengetuk. Aku mencoba untuk bangun namun badan yang lemas dan Kepala yang terasa berat sekali membuatku susah untuk bangun dari tempat tidur. Aku mulai berkeringat ketukan dijendela semakin keras suaranya.
Aku sudah pasrah untuk apa yang terjadi selanjutnya. Aku hanya bisa menutup mata takut takut ada sosok menyeramkan tiba tiba muncul dihadapanku. Suara ketukan itu masih terdengar jelas. Namun perlahan lahan suara ketukan nya mulai melemah dan seketika hilang sama sekali. Aku merasa aneh suara ketukan itu tiba tiba hilang begitu saja. Namun aku mencoba berfikir positif. Mungkin saja gangguan itu sudah hilang. Belum lama aku merasa lega karena suara ketukan dijendela hilang..
Tiba tiba saja ada suara yang memanggil manggil aku. Sepertinya suaranya ada diluar dibelakang jendela. Aku ketakutan bukan main. Dia memanggil namaku Dan mengajakku untuk bermain..

“Di, keluar di.. ayo main dirumahku di”
“Di ayo di ke balai desa”

Suara itu terdengar jelas.. suara Indra makhluk halus yang tadi sore menampakan wujudnya kepadaku. Aku mulai panik. Aku berdoa sebisanya.. Saat aku mulai takut bukan main tiba tiba ada yang memegang kakiku. Aku masih dalam posisi menutup mata saat itu. Aku merasakan kakiku dipegang oleh tangan besar dan kasar. Seperti tangan yang penuh luka bakar. Aku sudah tidak kuat lagi aku mencoba membuka mata. Dan apa yang kulihat adalah sosok Indra yang berdiri disamping sosok setan berbaju hitam dengan mata merah dan muka yang hitam hancur nan menyeramkan.
Penampakan kali ini benar benar menakutkan. Indra saja sudah luar biasa seram dengan seragam SDnya.. Ditambah sosok hantu besar hitam itu. Sesaat setelah aku melihat sosok itu aku tak sadarkan diri. Berbeda dengan sore hari kali ini aku bukan hanya tak sadarkan diri. Tapi juga Kesurupan. Waktu kesurupan aku tak ingat apapun.
Aku tau detail ketika aku kesurupan adalah dari cerita Paman esok harinya. Asal usul Indra terkuak ketika aku kerasukan. Dan sosok disamping indra. Adalah salah satu sosok yang membuat balai desa kini menjadi tempat angker lagi menyeramkan.



Part V 

Cerita dibalik kesurupan


Esok harinya ketika aku terbangun aku merasakan kepala yang sedikit berat. Dan sakit dibagian jari dan kuku serta pegal diseluruh badan.
Namun tidak selemas kemarin saat aku pingsan seusai melihat penampakan indra. Aku mencoba bangkit dari tempat tidur untuk mencari seseorang yang bisa menceritakan apa yang aku alami semalam Aku menuju bale didepan rumah tempat biasa paman duduk duduk sambil menikmati udara pagi. Aku melihat paman sedang makan sarapannya.
Dia kaget karena dikiranya aku belum bangun. Dia langsung mencoba membantuku berjalan mungkin karena langkahku yang sedikit gontai. Kini aku duduk berdua dengan paman. Dan aku langsung menanyakan apa yang telah terjadi semalam.
Paman mulai menceritakan semuanya. Tadi malam saat aku melihat penampakan hantu paling menyeramkan dibalai desa simata merah yang kulitnya penuh darah dan bekas luka bakar. Aku kesurupan, aku tertawa sendiri dikamar dengan tawa yang menggema diseluruh ruangan, Malam itu ada salah satu orang pintar di desa yang diundang untuk mengusir arwah yang mengikutiku. Dia dan paman langsung masuk kekamar untuk melihat apa yang sedang terjadi. Kata paman saat aku kesurupan mataku memerah dan melotot sampai sampai seperti bola mataku ingin keluar. Memerah dibagian putih mataku kata paman.
Lalu aku melompat lompat dikasur dan mencakar cakar tembok seperti ingin memanjat tembok. Mungkin itu kenapa kuku dan jari ku terasa sangat sakit dan membiru keesokannya. Dukun yang dipanggil nenek bilang ke paman dan nenek kalau aku sedang dirasuki setan dari balai desa. Lalu dia mencoba membantuku terlepas dari setan itu, Dukun itu mengeluarkan mantra dari bahasa jawa yang paman tidak ingat semua.
Hanya sebagian kecil saja paman bilang kalau dukun itu membaca mantra yang menyebut prabu siliwangi. Lalu setelah membaca mantra dukun menyuruh paman menangkap aku agar tidak terus mencakar cakar tembok. Paman mencoba menangkapku, sempat kena cakar dibagian kuping akhirnya dia bisa menangkapku walaupun untuk mengunci tubuhku paman sedikit kesulitan, karena tenagaku sangat kuat waktu itu.
Padahal biasanya membawa beras 5 kg saja aku kesulitan. Tapi malam itu paman susah payah memegangi badanku. Dukun itu kemudian menyemburkan air kemuka beberapa kali sambil terus membaca mantra.
Saat itu kata paman aku teriak teriak dengan suara yang sangat serak. Sambil berkata dalam bahasa jawa kasar

"Aja ganggu, enyong pengin jukut bocah kie" artinya jangan ganggu saya mau ambil anak ini.
"Aja ganggu yen pengin ora pada mati kabeh" Jangan ganggu kalau ga mau mati semua.
Dukun itu kemudian juga berkata, "Aja ganggu bocah kie, kie bocah ora ngerti apa apa. Metu koen sing bocah kie aja ganggu melas" Jangan ganggu anak ini, ini anak gak tau apa apa. Keluar kamu jangan ganggu kasian.

Aku terus berteriak kencang, sampai semua tetangga keluar waktu itu, padahal jarak tetangga terdekat sekitar 5 meter dari rumah. Dukun itu terus membaca mantra dan terakhir dia mengeluarkan sebuah keris yang ditempelkan di leherku. Aku berontak semakin kencang paman sampai terlempar. Tapi dukun itu memegangi dagu dan terus menempelkan kerisnya,

Aku berteriak, sambil berkata. "Sing ganggu bakalan ancur"
dukun itu membalas "Aku ora wedi, metu koen" Aku gak takut keluar kamu.

Setelah berteriak teriak dukun itu meraup wajahku dari dagu sampai rambut dan akhirnya setan itu baru bisa keluar dari tubuhku. Aku pingsan dan dibawa kekasur, setelah disembur beberapa kali. Semua orang mulai meninggalkanku dikamar sendirian untuk beristirahat. Lalu paman dan nenek menanyakan keadaanku dengan dukun itu. Kata dukun aku sudah tidak kenapa kenapa tapi mungkin masih akan terus di ganggu karena hantu balai desa ini menginginkan aku untuk jadi budaknya dibalai desa.
Kata dukun itu indra adalah salah satu budak yang diambil oleh penguasa balai desa itu. Makannya aku pasti masih akan terus diganggu sampai aku bisa mati dan kemudian jadi budaknya.



Bersambung.....

No comments:

Post a Comment