Pages

Monday, 3 September 2018

The robot with human hair

Title: The robot with human hair
---------------------------------

["Hey, ayo bangunlah !, kau sudah tertidur terlalu lama"]

Aku terjaga dari tidur mendengar suara itu, melihat ke segala arah hanya ruangan berwarna serba putih, lantai beton yang dingin, dan sebuah Interkom berbicara kepadaku.

["Syukurlah kau sudah bangun, apa kau baik-baik saja?"]

Dengan wajah mengekspresikan kebingungan, aku terus memperhatikan interkom yang melekat pada dinding dekat pintu. "Dimana aku ?".

["Di salah satu ruang tahanan penelitian pemerintah, kita tidak punya banyak waktu, bersiaplah untuk keluar dari ruangan sekarang juga !"]

Sambil menyentuh kepala dengan kedua tangan, aku tidak menghiraukan suara itu "kepalaku sakit, aku tidak bisa mengingat apa-apa".

["kau tidak tahu siapa dirimu ?, percobaan apa lagi yang mereka lakukan kepadamu ?, Dengar !, aku tahu sekarang di dalam kepalamu penuh dengan pertanyaan yang ingin kau tanyakan, tapi sekarang bukan saat yang tepat untuk menjelaskannya"]

Tubuhku mulai terasa normal perlahan "tunggu dulu !, kenapa aku harus mempercayaimu ?, aku tidak mengenalmu", sambil bangkit dari lantai.

["Karena hanya akulah satu-satunya yang lebih mengenalmu di bandingkan diriku sendiri atau orang lain, kau harus mempercayaiku !"]

Seperti bayi yang mulai bisa berjalan dari fase merangkak, jalanku terlihat sempoyongan, aku menyandarkan tubuh ke pintu sambil memandang interkom.

["Seseorang telah membuatmu seperti ini, aku tidak tahu kenapa tapi kau bisa menemukannya dan membalaskan dendammu, yang jelas pertama aku akan menolongmu untuk keluar"]

["Sekarang tergantung kau, apa kau tertarik ingin keluar untuk menghirup udara segar atau kau ingin berdiam diri disitu selama sisa hidupmu ?"]

"Aku ingin keluar aku ingin keluar, dadaku mulai terasa sesak di tempat sempit ini, bantu aku !", jawabku yang telah memutuskan untuk mempercayai orang itu setelah memikirkan berbagai cara.

Tiba-tiba lampu mati, semuanya terlihat gelap. Aku tidak bisa melihat apa-apa dan mulai panik.

["Begitu pintu otomatis terbuka, alarm akan berbunyi selama 9 detik, aku ingin kamu mencari benda di dekatmu sebagai senjata, setidaknya 2 dari 3 akan mengejarmu, semoga beruntung !"]

"Hey, apa maksudmu 2 dari 3", teriakku.

Tanpa sempat membalas perkataanku, pintu otomatis itu terbuka. Alarm mulai berbunyi nyaring di telingaku, segera aku keluar dari ruangan dan mengikuti intruksi darinya. Aku melihat sebuah lorong panjang dengan cahaya lampu berwarna kuning emas menerangi sepanjang jalan, darah dan mayat berserakan di lantai. Ternyata benar, 2 orang yang bangkit di antara mayat mengejarku dengan pandangan yang mengerikan seperti makhluk buas yang siap menerkam.

"Apa-apa'an ini ?, apa yang sedang terjadi ?" jawabku yang mulai bercampur antara bingung dengan perasaan takut.

Segera aku mulai mencari ke segala arah untuk mempersenjatai diriku, namun sayang sangat terlambat. Salah satu dari mereka menjatuhkanku dan satunya lagi menggigit tangan kiriku, aku mengerang kesakitan. Aku melihat di pinggang mereka menggantung tongkat polisi, aku berusaha meraihnya. Setelah aku mendapatkannya, dengan sisa tenaga yang aku miliki aku mendorong ke depan orang yang menindihku sampai dia terguling dan memukul sangat kuat belakang kepala orang yang menggigitku hingga gigitannya terlepas. Aku mulai bangkit dan langsung melancarkan pukulan ke kepala mereka sampai tak berkutik, suara alarm ini benar-benar membuatku muak. Aku mengeluarkan banyak darah di tangan kiriku, pandanganku mulai buram dan aku jatuh pingsan. Suara alarm itu mulai terdengar senyap kembali.
-----------------------------------------------------------------------------
(Side story)
"Ayah, mengapa kita berbeda dengan lainnya?", tanya seorang anak kecil lugu kepada ayahnya.

Ayah mengelus kepalanya di pangkuan dengan tangan yang telah di perban, ayah membisikan sesuatu ke telinga anaknya "hanya kau yang berbeda nak, maafkan aku yang tidak sanggup membayar perjalanan kita ke Mars".

Di saat pintu kayu telah ambruk oleh dorongan dari para makhluk itu, ayah mencengkram leher malaikat kecilnya dengan sangat kuat. Menggeliat di iringi tepukan berulang-ulang ke tangan ayah, isi kepalanya sudah memutuskan untuk melakukan itu hingga malaikat kecilnya berada di tempat yang terindah. Para makhluk itu menarik kedua kaki anak kecil itu dan menggorogotinya, mereka tertarik dengan daging segar di bandingkan dengan orang yang sebentar lagi menjadi seperti mereka.

"Maafkan aku nak, semoga kau beristirahat dengan tenang, setidaknya kau tidak perlu merasakan kehilangan sesuatu yang berharga"

Mata mengeluarkan darah, nafas mulai tersengal-sengal. Dalam beberapa detik ayah mulai bergabung dengan makhluk itu menggerogoti seseorang yang tadi di kenalnya, paket makanan ini hanya cukup sebagai pencuci mulut saja. (end)
-----------------------------------------------------------------------------
Cahaya berwarna putih menerangi pandanganku seperti berada di tempat suci, aku melihat seseorang membelakangiku sekitar 5 langkah tepat di depanku. Aku menghampirinya lalu menepuk punggungnya agar badannya memutar balik melihat kepadaku. Terkejut bukan main, wajah itu sama persis dengan orang yang baru saja menggigitku, dia mendekatkan wajahnya kepadaku dan mengeluarkan suara seperti frekuensi radio yang kehilangan sinyal. Aku terkejut dan terbangun dari mimpiku.
Kejutan belum selesai sampai situ, begitu aku membuka mata, aku melihat sisa satu orang lagi separuh badan saja di depan mataku berusaha menggigit wajahku. Reflek aku bangkit dan menginjak kepalanya berulang-ulang hingga kepalanya tidak berbentuk. Aku melihat luka di tangan kiriku yang sudah berhenti mengeluarkan darah, tak terasa sakit sama sekali sekarang. Suara frekuensi tadi yang aku dengar dari mimpiku ternyata suara dari interkom berusaha berbicara kepadaku.

[~ssrrreeek ssrrreeeek~]
["Halo haloo kamu bisa mendengarku ?]

Tanpa menghiraukannya, aku balik bertanya kepadanya "mereka ini apa ?, kenapa mereka berusaha menggigitku ?".

["Lebih tepatnya mereka berusaha membunuhmu, mereka adalah kumpulan robot yang telah rusak, virus menyerang program mereka sehingga mengubah mereka menjadi mesin pembunuh tanpa pandang bulu]

"Jadi mereka membunuh apa saja yang mereka liat ? tanyaku dengan tegas".

["Bisa di bilang seperti itu, apa kamu baik-baik saja ?]

"Aku baik-baik saja, aku hanya berfikir bahwa aku harus menghadapi para makhluk ini sendirian", jawabku sambil berjalan pelan-pelan menyusuri lorong.

"Bagaimana kau tahu ?, Kau bilang tadi 2 dari 3, berarti kau sedang mengawasiku melalui cctv itu kan", sambil menunjuk kamera cctv yang berada di ujung lorong dengan tongkat polisi.

["Kamera ini terletak di tiap-tiap sudut, jadi aku bisa melihat ke semua tempat, aku sedang mengarahkanmu ke pintu keluar".]

["Aku mau saja berbincang lama denganmu, tapi kita tidak punya waktu lagi, di depan sana ambil jalur ke kanan, jalur kiri sangat tidak aman, bisakah kamu berlari ?"]

Aku mulai mempercepat langkahku hingga tiba di ujung lorong yang memiliki dua arah. Tanpa bertanya untuk kedua kalinya, aku mengambil jalur ke kanan sesuai instruksi.
-----------------------------------------------------------------------------
(Flashback #1)
->"Tunggu !, hey kenapa kalian menyeretku ? Kalian tahu siapa aku ?".

"Dr. Richard, kau di tahan atas tuduhan menciptakan sebuah senjata pemusnah massal, sekarang beri tahu dimana kau menyembunyikannya ?".

->"Tidak ada hal yang ingin aku beritahu kepadamu, sekarang lepaskan aku !, orang-orang sedang membutuhkan pertolonganku".

"Satu-satunya alasan kenapa aku tidak membunuhmu saat ini juga adalah karena kita sama-sama memiliki idealisme yang gila, aku akan menemukan sendiri ciptaanmu tersebut, segera bawa dia ke ruang tahanan, biarkan dia tinggal di sana selama sisa hidupnya bersama para zombie sampai mereka menemukanmu dan memakanmu hingga tidak tersisa.

->"Kau tidak bisa melakukan ini kepadaku, lepaskan aku !, Steve". (continue)
----------------------------------------------------------------------------
Cahaya lampu berkelap kelip, semoga saja tidak menarik perhatian mereka. Aku sedang memasuki ruang penelitian, setelah berlari cukup jauh tadi, aku ingin mengistirahatkan sejenak penatku. Tiba-tiba saja terdengar suara geraman yang pernah aku dengar sebelumnya.

[Menunduk !, sembunyilah di bawah meja !, mereka datang]

Aku memandang ke segala arah, dimana di dalam ruangan ini terdapat banyak meja dan kursi. Aku segera memilih salah satu dan masuk ke kolong meja sambil menahan nafasku. Terdengar suara geraman lagi makin lama semakin mendekat, aku berharap mereka tidak bisa mengendus bau darah dari lukaku. Jantungku berdegup dengan kencang dan serbuan adrenalin yang menggebu-gebu membuat keringat mengucur deras di dahiku. "Bruk !!!", kepalaku menubruk meja, aku sudah melakukan kecerobohan terbesar dalam hidupku. Bunyi itu memicu mereka semua melirik ke tempatku bersembunyi.

[Larilah sekuat tenaga !, mereka sangat banyak, kembalilah ke tempat semula, tidak ada pilihan lain selain mengambil jalur kiri]

Tanpa dia suruh pun aku segera kabur dari ruangan tersebut, mereka semua mengejarku. Beberapa hampir saja menggenggam pakaian yang aku kena, membuat langkahku kehilangan kestabilan. Aku melewati jalur yang aku tempuh sebelumnya, sekali-sekali aku melirik ke belakang untuk mengetahui jarak di antara kami. Tiap satu dari mereka berjatuhan ke lantai karena dorongan dari yang lainnya, mereka benar-benar tidak sabar untuk membunuhku. Jalur kiri itu sudah terlihat di depan mataku.

["Setelah mengambil jalur kiri, aku ingin kamu terus berlari, kamu akan menemukan banyak pintu yang di dalamnya ada mereka]

["Jika kamu menemukan jalan yang bercabang, terus saja berlari ke arah kiri, kamu akan menemukan sebuah gerbang yang menghalangi jalanmu"]

Geraman mereka mengundang lainnya keluar dari tiap-tiap ruangan, mengayunkan tongkat polisi yang aku pegang saat satu persatu dari mereka berusaha menangkapku. Staminaku sudah terkuras habis, mataku mulai berkunang-kunang. Semua lelah ini terbayarkan ketika aku sudah dapat melihat gerbang itu, gerbang yang dapat menyelamatkanku dari situasi ini. Saat aku segera menekan tombol gerbang itu, jarak di antara kami semakin dekat. Pintu gerbang terbuka perlahan-lahan untukku dan tangan-tangan menjulur keluar menarik kakiku, aku terjatuh tak bisa melawan lagi. Dari depan dan dari belakang mereka mengepungku, sepertinya aku tidak bisa keluar dari tempat ini dengan selamat. Geraman pada kupingku dan bau bangkai pada hidungku, padahal jalan keluar sudah berada di depan mataku.
-----------------------------------------------------------------------------
(Flashback #2)

->"Apa mereka sudah berhasil menemukannya ? Nina".

"Kamu memang cerdas, mereka kesulitan menganalisis robot ciptaanmu itu, tapi tujuan aku datang kesini bukan untuk membicarakannya. Steve dan petinggi-petinggi besar lainnya telah mengabaikan bumi, mereka sudah berangkat ke Mars menggunakan penerbangan terakhir. Aku harap kamu juga melakukan hal yang sama, aku akan membawamu pergi dengan pesawatku".

->"Ini akhir dari semuanya, mengapa manusia harus memaksakan diri untuk hidup di Mars ?, planet itu belum sepenuhnya aman".

"Apa lagi yang harus kita lakukan sebagai manusia ?, wabah ini semakin tidak bisa di toleransi lagi, apa kamu sudah menemukan dari mana asal mulanya ?".

->"Hahaha sudah aku bilang pada mereka, itu sama saja seperti mencari jarum di atas jerami, sebagian ilmuwan menyatakan bahwa wabah berasal dari hewan peternakan, sebagian lagi menyimpulkan bahwa bakteri berevolusi menjadi sangat ganas, tidak ada satupun teori yang membuktikan keakuratannya".

"Apa maksud inti dari perkataanmu ?"

->"Berhentilah mencari asal mula wabah ini, sama sekali tidak ada gunanya, sang pencipta mengalahkan kita dalam bidang apapun, dia menampakan akhir dunia seperti ini, kita sudah berusaha sebisa mungkin untuk bertahan hidup, sekarang kita harus menerimanya sebagai ciptaan -nya".

"Perkataan itu baru saja keluar dari mulut seseorang yang telah menciptakan senjata untuk membunuh kita semua ??".

->"Itulah bentuk dari rasa pertanggung jawabku, aku harus menghentikan semua penderitaan ini, tapi sebelum terjadi, maukah kau mengajak Kyle pergi bersamamu ?".

"Aku membantu robotmu yang akan memusnahkan seluruh umat manusia termasuk diriku, apa kamu gila ? ".

->"Dia masih remaja, 30 persen dari otaknya terdiri dari pengalaman yang dia rasakan, kau nanti bisa mengubah persepsinya ke depan setelah itu".

"Baiklah, tapi jangan terlalu banyak berharap kepadaku, aku hanya akan membimbingnya sampai ke pesawatku".

->"Terima kasih, aku tahu kau orang yang bisa di andalkan, aku akan membangunkan dia dari tidur panjangnya, tolong tunjukan aku dimana ruang komunikasi !". (end)
-----------------------------------------------------------------------------

Terdengar samar suara wanita memanggil nama seseorang, nama seorang pria. Aku kelihatan mengenal nama itu, "Dr. Richard ??", aku melihat kepala seorang pria tua yang terlepas dari tubuhnya, kepala itu berada tepat di sampingku. Kemudian semuanya menjadi gelap.
Kembali mendengar suara wanita, tapi di sertai oleh teriakan dan tembakan dari pistol, robot-robot itu berhasil melukainya, sebagian lagi sedang sibuk memakan organ tubuh pria tua di sebelahku, mereka seperti sedang melindungiku. Apa aku sedang bermimpi lagi atau tidak ?. Semoga ketika aku terbangun, semuanya menjadi baik-baik saja.
Tubuhku sedang memulihkan diri dari luka-luka ini, semuanya mulai semakin terlihat jelas, ini bukan mimpi. Aku merasakan diriku di seret oleh seseorang ke dalam pesawat, terkadang bunyi tembakan terdengar di telingaku. Apa yang sedang terjadi ?, siapa lelaki yang tak bernyawa itu ?, kenapa robot-robot itu memakan manusia?, aku benar-benar tidak mengerti.

"Kyle, apa kamu sudah sadar ?, ya ampun !, para zombie itu mengulitimu sampai tak bersisa, kau benar-benar terlihat seperti robot sekarang", suara wanita berbicara kepadaku.

Aku berusaha membalas perkataannya "Apa maksudmu ?, siapa kau ?, apa kau yang berbicara kepadaku melalu interkom ?, siapa pria tua yang tak bernyawa di sebelahku tadi ?".

"Suara yang kamu dengar pertama kali dari interkom itu bukan aku, melainkan penciptamu yakni Dr. Richard, seorang pria tua yang mengorbankan dirinya di makan para zombie itu supaya aku bisa membawamu ke dalam pesawat. Setelah kamu keluar dari ruang tahanan, itu barulah suaraku menghubungimu melalui chip di dalam kepalamu", kata wanita itu sambil mengencangkan seat belt kursiku.

"Kenapa kau berbohong dan mengatakan mereka robot ?", tanyaku yang mencoba memahami situasi.

"Aku takut jika dari awal aku mengatakan semua kejujuran kepadamu, kamu tidak akan mendengarku dan berusaha menyelamatkan penciptamu, ini adalah permintaan terakhir Dr. Richard untuk membawamu pergi ke Mars", sambil berharap agar aku mengerti dengan penjelasannya.

"Manusia akan berubah menjadi zombie jika terkena gigitan dari mereka, aku tidak tahu berapa detik lagi aku akan bertahan. Kamu tahu 'kan apa yang harus di lakukan setelah aku berubah ?", wanita itu memberikan pistolnya kepadaku.

Aku merasa sedih, tapi aku tidak mempunyai air mata untuk di keluarkan. Aku hanyalah seorang robot yang tidak pernah melihat penciptanya sendiri. Rasa putus asa yang aku rasakan memicu 70 persen dari otakku untuk menjalankan protokol yang sejak awal memang di takdirkan untuk memusnahkan seluruh umat manusia. Aku menodongkan pistol ke kepala wanita itu.

Wanita itu untuk yang terakhirnya berkata kepadaku "sepertinya aku telah berhasil menyelamatkanmu, namun aku tidak berhasil mengubah persepsimu, tapi semua itu sama saja, aku tidak menyesal. Benar kata Dr. Richard, sekeras apapun manusia berusaha, jika sang pencipta menampakan akhir dari dunia, kami bisa apa ??".

Pesawat secara otomatis mulai lepas landas dengan tujuan ke Mars, tempat aku bisa menyelesaikan misiku. Aku pastikan bahwa bakal ada kematian-kematian lainnya setelah wanita ini begitu aku sampai di Mars. Sudah saatnya robot menguasai apa yang sudah di kuasai manusia.

No comments:

Post a Comment